Jumat, 29 Maret 2013


 ANALISIS PENGGUNAAN MAJAS PADA PUISI “DOA” KARYA “CHAIRIL ANWAR”


KARYA TULIS
DISUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT MENGIKUTI
UJIAN SEKOLAH DAN UJIAN NASIONAL KELAS IX
SMPN 1 WEDARIJAKSA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013




SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 WEDARIJAKSA

i
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Karya tulis yang berjudul “ANALISIS PENGGUNAAN MAJAS PADA PUISI “DOA” KARYA CHAIRIL ANWAR” telah disetujui dan disahkan pada:
Hari         :
Tanggal :



Mengetahui,
Kepala SMPN 1 WEDARIJAKSA                Guru Pembimbing


H. IMAM ZARKASI S.Ag. M.Pd                                        AMIN MUSTOFA S.Pd. M.Pd
NIP  19540424  198803  1  002                                             NIP  19690505  199903 1 004

Ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
1.      Kegagalan adalah awal kesuksesan
2.      Membaca adalah jembatan ilmu di masa depan
3.      Kembangkan potensi untuk meraih prestasi
4.      Hargailah setiap karya orang lain,karena hal itu juga berarti menghargai diri sendiri
5.      Tuntutlah ilmu meskipun sampai ke negeri Cina (H.R. Baihaqi)
6.      Tak ada orang bodoh di dunia ini, tapi hanya ada orang malas yang tak mau berusaha


PERSEMBAHAN :
Karya tulis ini saya persembahkan kepada :
1.      Bapak Kepala Sekolah, H. Imam Zarkasi, S.Ag. M.Pd.
2.      Bapak Guru Bahasa Indonesia, Amin Mustofa, S.Pd. M.Pd
3.      Ibu Wali Kelas tercinta, Ibu  Ika Ariastuti S.Pd.
4.      Bapak / Ibu Guru yang telah membimbing saya
5.      Teman – teman yang saya sayangi



iii


PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS


Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama     : Nadya Lina Malicha
Kelas     : IX-A
Sekolah : SMPN 1 WEDARIJAKSA

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ini adalah asli tulisan saya. Seandainya ada kata atau kalimat yang sama, hal itu telah saya tulis pada daftar pustaka.


Pati,     Februari 2013

Nadya Lina Malicha
Iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sebagai tugas Bahasa Indonesia serta syarat mengikuti Ujian Sekolah dan Ujian Nasional SMPN 1 WEDARIJAKSA tahun pelajaran 2012/2013.
Tujuan penulis membuat karya tulis ini, agar pembaca mempu menganalisis dan dapat mengetahui penggunaan majas pada puisi “Do’a” karya Chairil Anwar.
Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.      Bapak Kepala SMPN 1 WEDARIJAKSA, H. Imam Zarkasi S.Ag.,M.Pd.
2.      Bapak Guru Pembimbing, Amin Mustofa S.Pd.,M.Pd.
3.      Ibu Wali Kelas IX-A, Hj. Ika Ariastuti S.Pd.
4.      Petugas perpustakaan, serta
5.      Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,penulis sangat mengharapkan saran dan kritik untuk menyempurnakan karya tulis ini.
Semoga karya tulis ini, dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi semua pihak.
Pati,    Februari 2013
Penulis
V
DAFTAR ISI
hlm.
HALAMAN SAMPUL…………………………………………………………

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………...
i
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN……………………....
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………….....
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS………………………...........
iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………............
v
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
vi
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………...

A.    Latar Belakang……………………………………………………………..
1
B.     Rumusan Masalah………………………………………………………....
2
C.     Tujuan Penulisan…………………………………………………..............
2
D.    Metodelogi………………………………………………………………....
2
E.     Sistematika Penulisan………………………………………………………
3
BAB II ISI……………………………………………………………………….

A.    Pengertian Puisi…………………………………………………………...
4
B.     Pengertian  Majas……….………………………………………………...
5
C.     Jenis – Jenis Majas………………………………………………………..
5
D.    Puisi Karya Chairil Anwar………………………………………………..
10
E.     Penggunaan Majas Pada Puisi “DOA”
Karya Chairil Anwar………………………………………………………
11
BAB III PENUTUP...................................................................................................

A.    Simpulan…………………………………………………………………..
13
B.     Saran………………………………………………………………………
13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….

Vi
BAB I
PENDAHULUAN

A.                LATAR BELAKANG
           Latar belakang yang mendasari penulis dalam menyusun karya tulis yang berjudul “Analisis Penggunaan Majas Pada Puisi “DOA” karya CHAIRIL ANWAR” karena majas termasuk Standart Kelulusan pada Ujian Nasional. Selain itu, hanya sebagian orang saja yang mampu menganalisis majas yang ada pada puisi. Oleh karena itu, penulis berusaha mencari pengetahuan segala sesuatu tentang majas dari berbagai sumber.
Gaya bahasa dikenal dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan. Istilah tersebut berkembang menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah. (Triningsih.2009:7)
Hal tersebut juga disampaikan oleh Anton M. Moeliono dalam siaran Pembinaan Bahasa Indonesia melalui TVRI bahwa istilah gaya bahasa yang secara salah kaprah itu berasal dari penerjemahan yang keliru dari kata Belanda stylfiguur. Di dalam kata stylfiguur terdapat bentuk styl yang memang berarti gaya bahasa, tetapi figuur lalu terlupakan diterjemahkan. Oleh karena itu, stylfiguur atau figure of speech ini sekarang kita namakan majas dan figurative language kita sebut bahasa majasi atau bahasa yang bermajas. (Moeliono dalam Sugono.2003:174)
Penggunaan macam ragam majas yang kita kenal dapat kita temukan di dalam bahasa susastra, tetapi yang akan dicontohkan berikut diambil dari tulisan dalam bahasa umum. Sering kali kita menemukan iklan di media massa yang bunyinya “Dengan kesadaran seperti ini, tantangan setangguh apapun mudah terlewati. Sistem power steering, menjadikan kendaraan perkasa ringan….” (iklan diatas pengungkapannya menggunakan hiperbol, yaitu pernyataan yang berlebih-lebihan). Ungkapan “ sebuah panggung kemelaratan” (Tempo, No. 34,1992) menggunakan majas. Metafor menyatakan hal yang satu sama dengan hal lain yang sesungguhnya tidak sama. Pada ungkapan “Para buruh bekerja seperti kuda” (Suara Pembaruan, 13 mei 1992) kita akan menemukan majas simile, yaitu menyamakan hal yang satu dengan yang lain dengan menggunakan perbandingan seperti. Dua pernyataan berikut mengandung majas personifikasi, yaitu mempersamakan benda dengan sifat manusia. “Solo lagi bersolek menghadapi penilaian Adipura” (Sura Pembaruan, 13 mei 1992) dan “Bila berani berkecamuk” (Tempo, No. 34, 1992).(Sugono.2003:174)
B.                 RUMUSAN MASALAH

1.      Apa yang dimaksud  puisi ?
2.      Apa yang dimaksud dengan majas ?
3.      Apa saja jenis – jenis majas ?
4.      Bagaimana penggunaan majas pada puisi DOA karya Chairil Anwar?
C.                 TUJUAN PENULISAN

1.      Untuk menjelaskan pengertian puisi.
2.      Untuk menjelaskan pengertian majas.
3.      Untuk menjelaskan jenis – jenis majas.
4.      Untuk menjelaskan penggunaan majas pada puisi DOA karya Chairil Anwar.

D.                METODELOGI
Metode yang digunakan penulis adalah melakukan studi kepustakaan. Data didapat dalam bentuk tulisan sehingga penulis harus membaca dan menyimak terlebih dahulu. Kemudian penulis menentukan hal-hal pokok dari sumber yang didapat. Tidak hanya di buku saja, tetapi, penulis juga mencari informasi dari internet.

E.                 SISTEMATIKA PENULISAN
Penyusunan karya ilmiah ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut ,
BAB 1 PENDAHULUAN terdiri dari :

a.       Latar Belakang
b.      Rumusan Masalah
c.       Tujuan Penulisan
d.      Metodelogi
e.       Sistematika Penulisan

BAB II ISI terdiri dari :
a.       Pengertian Puisi
b.      Pengertian Majas
c.       Jenis- Jenis Majas
d.      Puisi Karya Chairil Anwar yang berjudul ‘DOA’
e.        Penggunaan Majas Pada Puisi ‘DOA’ Karya Chairil Anwar
BAB III PENUTUP terdiri dari :
a.       Simpulan
b.      Saran


BAB II
ISI
a.      Pengertian Puisi
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: Ï€Î¿Î¹Î­Ï‰/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dariprosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu 'pemadatan kata'. kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut.
Didalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar.
Dibeberapa daerah di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan dalam bentuk pantun. Mereka enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.

b.      Pengertian Majas
Secara umum,gaya bahasa disebut majas. Majas memiliki beragam pengertian seperti yang terangkum dari Henry Guntur Tarigan (1986) berikut.
1.      Menurut Dale, majas adalah bahasa kias, bahasa indah yang dipergunakan untuk meninggikan dan meningkatkan efek dengan cara memperkenalkan serta membandingkan suatu bentuk atau hal tertentu dengan benda lain atau hal lain yang lebih umum.
2.      Menurut Warriner, majas adalah bahasa yang dipergunakan secara imajinatif, bukan dalam pengertian yang harfiah.
3.      Menurut Henry Guntur Tarigan, majas merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara atau menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak atau pembaca.

c.       Jenis – jenis majas
Majas memiliki jenis yang beragam. Menurut Henry Guntur Tarigan, majas dapat dibagi menjadi empat kelompok besar. Empat kelompok majas tersebut yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, majas pertautan dan majas perulangan. Berikut penjelasan jenis – jenis majas.
1.      Majas Perbandingan
a.       Metafora
Kata metafora berasal dari bahasa Yunani metaphora yang berarti ‘memindahkan’. Kata ini terdiri atas dua kata yaitu meta yang berarti ‘di atas’ dan pherein yang berarti ‘membawa’. Majas metafora merupakan sejenis majas perbandingan yang paling singkat, padat dan tersusun rapi. Di dalamnya terlibat dua ide; pertama, sesuatu yang berupa kenyataan, dipikirkan  dan menjadi objek; kedua, perbandingan terhadap kenyataan tersebut; dan menggantikan yang belakangan menjadi yang terdahulu.
 Secara singkat, metafora adalah majas yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama..
Contoh :
·         Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri.
·         Jangan percaya dengan mulut manis lintah darat itu karena ia hanya ingin meraup keuntungan.

b.      Simile
Kata simile berasal dari bahasa Latinyang berarti ‘seperti’. Simile merupakan majas yang membandingkan dua hal yang berlainan, tetapi dianggap sama. Perbandingan tesebut ditandai penggunaan kata seperti, sebagai, bak, umpama, dan laksana.
Contoh :
·         Bak seonggok sampah.
·         Umpama memadu minyak dengan air, tak mungkin akan bersatu.

c.       Personifikasi
Personifikasi berasal dari bahasa Latin persona yang berarti ‘orang,pelaku,actor, atau topeng yang dipakai dalam drama’ dan fic berarti ‘membuat’. Dengan kata lain, personifikasi merupakan majas yang menggambarkan benda – benda mati seolah – olah memiliki sifat manusia.
Contoh :
·         Aku mendengar perahu itu menangis.
·         Hembusan angin di tepi pantai membelai rambutku

2.      Majas Pertentangan
a.       Hiperbola
Hiperbola berasal dari bahasa Yunani yang berarti ‘pemborosan; berlebih-lebihan’. Kata tersebut diturunkan dari kata hyper yang berarti ‘melebihi’ dan kata ballein yang berarti ‘melemparkan’. Hiperbola merupakan majas yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan dengan membesar-besarkan sesuatu hal.
Contoh :
·          Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.
·         Karya ilmiah ini sangat sempurna, tiada kekurangan suatu apapun, benar-benar tak ada cacat.

b.      Litotes
Litotes berasal dari bahasa Yunani litos yang berarti sederhana. Litotes berkebalikan dengan hiperbola. Ini berarti litotes merupakan majas yang menyatakan sesuatu yang lebih rendah daripada yang sebenarnya.
Contoh :
·         Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
·         Ketika mereka berlibur ke Bandung, mereka menyempatkan diri ke gubuk kami yang tua di Bukit Dago.



c.       Ironi
Ironi merupakan majas yang menyatakan makna bertentangan dengan maksud olok – olok, tetapi menggunakan kata – kata yang halus.
Contoh :
·         Suaramu merdu seperti kaset kusut.
·         Aku bangga dengan sikap hematmu, hingga uang tabungan itu terkuras habis hanya untuk berfoya-foya.

3.      Majas Pertautan
a.       Sinekdoke
Sinekdoke berasal dari bahasa Yunani synekdechesthai yang diturunkan dari kata syn berarti ‘dengan’, ex berarti ‘keluar’, dan dechesthai berarti ‘mengambil, menerima’. Asal kata tersebut berarti ‘menyediakan atau memberikan sesuatu pada hal yang baru disebutkan’. Sinekdoke ada dua jenis yaitu :
¨      Sinekdoke pars pro toto merupakan majas yang menyebutkan nama sebagian sebagai pengganti nama keseluruhan.
Contoh : Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya

¨      Sinekdoke totem pro parte merupakan maja yang menyebutkan nama keseluruhan sebagai pengganti nama sebagian.
Contoh : Indonesia bertanding volly melawan Thailand.

b.      Gradasi
Gradasi adalah majas yang mengandung suatu rangkaian dan urutan kata atau istilah yang secara sintaksis bersamaan memiliki satu atau beberapa cirri semantic secara umum dan diantaranya paling sedikit satu cirri diulang-ulang dengan perubahan – perubahan yang bersifat kuantitatif.
Contoh : Jasmani dan rohani yang diberkahi Tuhan; Tuhan yang maha Pengasih
4.      Majas Perulangan
a.       Aliterasi
           Aliterasi merupakan majas yang memanfaatkan kata-kata yang memiliki persamaan bunyi pada awal kata. Tujuan penggunaan majas ini adalah untuk memberi efek keindahan  (nilai estetik).
Contoh :
·   Inikah Indahnya Impian ?
·   Kalau kanda kala kacau


b.      Asonansi
           Asonansi merupakan majas perulangan yang berwujud perulangan vocal yang sama.
Contoh :
·   Mati api di dalam hati
·   Ini luka penuh luka siapa punya













d.      Puisi Karya Chairil Anwar



DOA

kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku
aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

(13 November 1943)









e.       Penggunaan Majas Pada Puisi “DOA” Karya Chairil Anwar

Berikut adalah penjelasan tentang penggunaan majas pada puisi “DOA” karya Chairil Anwar.
kepada pemeluk teguh
>> Pada baris tersebut menggunakan  majas metafora karena baris tersebut dimaksudkan “kepada Tuhan”
Tuhanku,
dalam termangu,
 aku masih menyebut nama-Mu
>> Pada bait tersebut menggunakan majas asonansi karena terdapat perulangan vocal yang sama.
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
>> Pada bait tersebut…….
cayaMu panas suci
>> Pada baris tersebut terdapat  majas hiperbola karena baris tersebut menyatakan hal yang berlebih-lebihan.

tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
>> pada baris tersebut ……….
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
>> Pada bait tersebut mengandung majas juga menggunakan majas hiperbola, karena bait tersebut menyatakan hal yang berlebih-lebihan.
Tuhanku,
Aku mengembara di negeri asing
>> Pada bait tersebut tidak menggunakan majas, karena bait tersebut menggunakan bahasa sehari-hari.
Tuhanku,
Di pintuMu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
>> Pada bait tersebut……………


BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa :
Majas adalah gaya bahasa kias yang digunakan untuk memunculkan suatu efek tertentu. Majas dalam suatu karya sastra, khususnya puisi bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran penyair atau pengarang. Majas dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, majas pertautan, dan majas perulangan.
B.     Saran
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu yang melekat dalam diri penulis. Oleh karena itu saran dan kritikan dari pembaca sangat membantu dalam penyempurnaan karya tulis ini.





Daftar Pustaka

Fibrianti, Ika.2012.Detik – Detik Ujian Nasional Bahasa Indonesia Tahun Pelajaran 2012/2013.Klaten: Intan Pariwara.

Sugono, Dendy.2003.Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1.Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Triningih, Diah Erna.2009.Gaya Bahasa dan Peribahasa dalam Bahasa Indonesia.Klaten: Intan Pariwara.

http://id.wikipedia.org/wiki/Puisi (diakses tanggal 22 February 2013)